Jumat, 21 Februari 2014

Kajian Kritis terhadap Pemikiran Wahabi Takfiri (Bagian Akhir)

Posted by Hasan M On Jumat, Februari 21, 2014
#IndonesiaTolakTakfiri - Menyimak ideologi Wahabi, kita temukan bahwa mereka mengklaim sebagai pengikut kaum Salafi yang saleh. Kaum Salafi meyakini bahwa dalam berbagai segi kehidupan baik individu maupun sosial, kita harus mengikuti kaum salafi yang saleh. Mereka menyebut seluruh sahabat Nabi, tabi'in dan tokoh-tokoh Islam di abad ketiga Hijriah sebagai kaum salaf yang saleh.

Namun sebenarnya, doktrin mengikuti kaum salaf sekedar kedok dan klaim, karena Wahabi secara praktis dan ideologi tidak bersikap seperti layaknya para sahabat Nabi dan para tabi'in. Para sahabat dan tabiin Nabi setelah masalah tauhid, keimanan kepada hari akhir  serta kenabian Muhammad serta menegakkan shalat dan menunaikan zakat tidak pernah melakukan intervensi di masalah umat Islam walau sekecil apa pun.

Sejatinya tujuan dari pemikiran kaum salaf adalah membawa manusia dari penyembahan selain Allah ke arah penyembahan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dan jika seseorang telah beriman dan masuk Islam, maka mereka tidak lagi mengurusinya dan berbagai masalah lain diserahkan kepada pribadi itu sendiri. Kecualiketika seseorang melakukan dosa yang harus diqisas, itu pun harus dengan menjaga berbagai persyaratan yang ada.

Kini pertanyaannya, apakah metode yang ditempuh kaum salafi takfiri saat ini sama seperti kaum salafi dari para sahabat dan tabiin Nabi? Apakah seseorang saat ini bebas melakukan amal ibadanya di Madinah dan Mekah? Bukan hanya di dua kota suci Mekah dan Madinah, bahkan di berbagai wilayah yang dikuasai Wahabi, rakyat sangat ditekan oleh kelompok ini. Saat Taliban berkuasa di Afghanistan serta ketika kelompok takfiri menguasai sejumlah wilayah Suriah, Wahabi menerapkan peraturan sangat ketat yang tidak berkaitan dengan ajaran muliadan indah Islam.  Masalah ziarah kubur dan bertawasul dengan orang-orang suci merupakan salah satu masalah yang tidak pernah diungkapkan oleh para Salaf yang saleh, namun kini kedua masalah ini menjadi senjata bagi Wahabi untuk mengkafirkan pengikut mazhab Islam lainnya.

Al-Quran dalam berbagai ayatnya menyebut Islam sebagai agama terbaik dan memuji Rasulullah Saw disebabkan akhlaknya yang mulia. Agama rahmat dan kasih sayang ini menilai perilaku mulia serta nilai-nilai kemanusiaan sebagai hiasan seseorang. Agama samawi ini juga memiliki banyak hadis dan riwayat yang membantu membentuk sisi kemanusiaan seseorang dan patut menjadi teladan. Al-Quran sangat mendorong seseorang untuk mengikuti agama seperti ini, namun tidak pernah kitab suci Ilahi ini memaksa seseorang untuk memeluk Islam.

Sangat disayangkan, Arab Saudi dewasa ini yang menjadi cikal bakal dan kelahiran Islam, muncul kelompok bernama Wahabi yang tidak pernah berhenti untuk merusak Islam yang hakiki. Pemerintah Arab Saudi sendiri melakukan upaya besar-besaran menyebar ideologi Islam model ini dan memaksakannya kepada warga. Padahal pemerintah Arab Saudi mengaku sebagai pelindung dan pelayan tanah suci. Rezim al-Saud seharusnya menjaga keamanan dan membangun tempat suci ini dan bukannya menjadi pangkalan propaganda mazhab bikinan tersebut. Pemaksaan ideologi Wahabi yang dari sisi keilmuan dan pengikutnya sangat sedikit bila di banding dengan mazhab Islam lainnya tidak selaras dengan rasio.

Sekte Wahabi tidak menunjukkan perhatian serius terhadap berbagai isu penting seperti mencegah penyebaran perjudian dan minuman keras, hubungan ilegal pemuda dan pemudi,  pembentukan bank riba, pendidikan keliru generasi baru, serta menyampaikan pesan Islam kepada mereka yang tidak mengetahui atau menunjukkan ketinggian Islam. Sekte ini juga tidak peduli dengan penjajahan terhadap wilayah Islam, kontrol kaum kafir terhadap umat Islam, pembantaian muslim dan perampasan tanah serta rumah mereka. Mereka sengaja melalaikan masalah ini dan mengabaikannya serta merasa tidak memiliki tanggung jawab terhadap permasalahan umat Islam. Sekte ini hanya sibuk memikirkan masalah parsial agama.

Palestina selama bertahun-tahun dijajah oleh Rezim Zionis Israel. Milisi radikal al-Qaeda serta kelompok takfiri lainnya bukan saja tidak membela rakyat tertindas Palestina, namun mereka malah menjalin kerjasama dengan musuh utama umat Islam, Amerika dan Israel. Sejatinya kelompok ini selama hidupnya bukan saja tidak menjadi pendukung umat Islam, namun dengan bergabung dengan kekuatan arogan dunia, mereka telah menjadi alat dan pelaksana ambisi Barat.

Kini negara Wahabi seperti Arab Saudi dan Qatar mendukung penuh pembantaian terhadap bangsa Suriah dengan memberi dukungan finansial dan militer kepada kelompok teroris. Kedua negara ini meminta Amerika Serikat menyerang rakyat tertindas Suriah serta membantai saudara muslim mereka. Bahkan Riyadh dan Doha setuju untuk menanggung biaya perang tersebut. Sikap tak pantas rezim al-Saud dan mitra Arabnya muncul dari ideologi batil dan ekstrim Wahabi.

Wahabi adalah ideologi kering yang tidak pernah menelurkan ilmu atau ideologi yang kokoh. Pemikiran kolot dan berbau syirik Salafi ini menolak teknologi dan ilmu pengetahuan modern. Oleh karena itu, wajar jika pemikiran berbau syirik ini sampai detik ini tidak pernah memberi sumbangsih keilmuan kepada umat manusia. Ideologi Salafi hanya menelurkan kelompok teroris ekstrim di mana membantai umat Islam menjadi tujuan utama mereka. Betapa sangat disayangkan di era pemikiran, kemajuan sains dan industri tumbuh kelompok seperti ini dan melestarikan pemikiran berbahaya serta merugikan kepada generasinya. Wahabi ekstrim tidak memiliki kekuatan untuk menganalisa beragam masalah penting dunia baik itu politik, sosial, ekonomi dan yang lainnya.

Kekuatan berpikir dan rasionalitas termasuk nikmat Allah Swt yang diberikan kepada seluruh manusia yang sehat. Artinya Salafi yang fanatik juga mampu berpikir dan mengkritik mazhab menyimpang mereka serta menyelidiki kekurangannya. Namun demikian mereka tidak pernah melakukan hal ini. Poin penting di sini, negara-negara Salafi dan Wahabi seperti Arab Saudi tidak membiarkan para siswa di sekolah mereka untuk berpikir mengenai akidah batil mereka.

Negara tersebut mendidik generasi mudanya untuk tidak pernah menggunakan nalar dan daya pikirnya. Mereka enggan mengembangkan daya pikir anak-anak mereka, namun sebaliknya menjejalinya dengan doktrin membunuh muslim lain dengan dalih syirik. Oleh karena itu, mayoritas Wahabi di masa mudanya mudah terseret ke kelompok teroris dan dengan segala cara mereka akan mengorbankan muslim lain demi ideologi sesat mereka. Sejatinya anggota kelompok teroris ini adalah korban dari pendidikan dan ideologi keliru yang dijejalkan sejak mereka kanak-kanak.

Sejak berkuasanya Wahabi Saudi di kota penting, Mekah dan Madinah maka segala bentuk kritik atas ideologi sekte ini dilarang. Bahkan mereka tidak mengijinkan kritik ilmiah yang dibarengi dengan argumentasi kuat dan rasa saling menghormati dilontarkan di seluruh wilayah Hijaz. Di Arab Saudi juga diberlakukan sensor kuat terhadap segala bentuk kitab dan buku yang masuk ke negara ini meski dari negara muslim seperti Mesir. Wajar dengan kondisi seperti ini mereka sangat sulit untuk terbebas dari pemikiran kolot dan juga tidak mampu memanfaatkan kritik rasional yang mampu memajukan pemikiran mereka. Pemikiran kolot, pandangan sepihak dan asumsi irrasional telah mengakibatkan pengikut Wahabi terjebak pada fanatisme buta dan terbelakang. Saat ini, seiring dengan maraknya internet dan televisi satelit, sejumlah pemuda Wahabi secara bertahap menyadari kekeliruan akidah mereka.

Dewasa ini, salah satu faktor penting maraknya fitnah di kawasan adalah gerakan Salafi takfiri yang bergerak demi kepentingan Barat dengan meneriakkan slogan membela sunnah. Afghanistan, Irak, Nigeria, Pakistan dan kini Suriah menjadi pangakalan kelompok Salafi takfiri dan membantai perempuan serta anak-anak dengan senjata yang mereka peroleh dari Barat serta aksi pengecut seperti peledakan bom. Perempuan dan anak-anak Suriah saat ini menjadi korban ideologi sesat kelompok Salafi takfiri.

Patut dicatat langkah penting menanggulangi interpretasi keliru terhadap Islam dan sunnah adalah dengan memanfaatkan secara penuh fasilitas dan kapasitas organisasi pendekatan antar mazhab. Ayatullah Subhani, salah satu ulama besar Iran dalam suratnya kepada ulama Islam dunia meminta mereka di manapun saja berada menggelar konferensi netral serta menyeru pada persatuan, pendekatan pandangan dan memperbaiki metode berpikir serta akidah sehingga kehormatan dan keagungan Islam yang diinginkan oleh Allah dan rasul-Nya dapat diraih. (*)

Sumber: IRIB

0 komentar:

Posting Komentar

Hubungi Kami

Nama

Email *

Pesan *

Tentang Kami


Hak Cipta Hanyalah Milik Allah Semata. Kaum Muslimin Berhak Memanfaatkan Semua Postingan di Blog Ini untuk Tujuan Kemaslahatan Umat. SHARE YOUR KNOWLEDGE FOR FREE!!