Rabu, 31 Desember 2014

Membedah Hubungan PKS, Ikhwanul Muslimin, Wahabi, dan ISIS

Posted by Unknown On Rabu, Desember 31, 2014

#IndonesiaTolakTakfiri - Pernyataan Presiden PKS, Anis Matta yang terkesan “membela ISIS” bukanlah pernyataan yang biasa saja. Apalagi pernyataan “pembelaan ISIS” tersebut dikemukakan di sebuah forum resmi untuk memotivasi ribuan kader PKS. Bahkan jauh hari sebelumnya, Anis Matta pernah membuat puisi yang “membela dan mengagung-agungkan Osama Bin Laden”. Bagi Anis Matta, Osama Bin Laden layaknya seorang pahlawan Islam yang harus dijadikan teladan bagi para aktivis Islam.

Saat masih menjabat Menhan, Juwono Sudarsono pernah memberikan peringatan akan adanya gerakan radikal dari Timur Tengah yang menyusup pada partai Islam. Penyusupan gerakan radikal dari Timur Tengah tersebut bertujuan untuk mendirikan Negara Islam dan menghancurkan NKRI. Juwono Sudarsono meminta masyarakat waspada, karena penyusup menunggu momentum yang tepat untuk melakukan radikalisasi dan mendirikan Negara Islam. Pernyataan Anis Matta yang terkesan “membela ISIS” dan “memuja Osama Bin Laden” tentu tidak bisa kita lepaskan dari peringatan Juwono Sudarsono agar masyarakat waspada.

Apalagi jika kita bedah sejarah kelahiran PKS di Indonesia. Faktanya, memang tidak bisa lepas dari organisasi gerakan radikal di Timur Tengah yaitu Ikhwanul Muslimin. Fakta juga menunjukkan elit-elit PKS banyak yang lulusan dari Timur Tengah seperti Arab Saudi dan Mesir. Ada benang merah yang terjalin jelas antara PKS-Indonesia, Ikhwanul Muslimin-Mesir dan Wahabi-Arab Saudi. Namun demikian fakta yang sudah jelas dan diketahui oleh publik tersebut masih sering dibantah oleh elit-elit PKS. Padahal dalam sebuah pernyataannya, Dr. Yusuf Qardhawi pernah menyebutkan bahwa Partai Keadilan (saat ini PKS) adalah perpanjangan tangan Ikhwanul Muslimin di Mesir.

Sejarah juga menunjukkan, sejak berdiri hingga saat ini, PKS dikelola oleh gerakan Tarbiyah yang merupakan bagian tak terpisahkan dari gerakan politik Ikhwanul Muslimin. Sejak tahun 80-an, gerakan Tarbiyah mampu menguasai kampus-kampus terkemuka seperti ITB, IPB, UI, UGM, Unpad, Unair, Unbraw dan Unhas. Mereka membentuk usroh-usroh yang dibimbing oleh para murobbi dan menyusupkan ideologinya melalui asistensi mata kuliah wajib Agama Islam. Tumbangnya rezim ORBA dan lahirnya reformasi 1998 merupakan momentum pertama gerakan Tarbiyah mulai berani membuka diri. Mereka lalu membentuk partai politik yang diberi nama Partai Keadilan.

Lalu dimana letak wahabinya?

Ikhwanul Muslimin di bawah Sayyid Quthb memiliki hubungan yang erat dan kepentingan yang sama dengan Wahabi di Arab Saudi. Baik Ikhwanul Muslimin di Mesir maupun Wahabi di Arab Saudi memiliki pemikiran yang sama tentang pemikiran Takfiri. Dalam pemikiran Sayyid Quthb, negara wajib hukumnya menjalankan syariat Islam. Sehingga jika ada pemerintah muslim yang abai terhadap kewajiban menjalankan syariat Islam, maka dianggap telah keluar dari akidah Islam dan layak diperangi.

Jika melakukan perang secara terbuka baik melalui kudeta maupun pemberontakan maka dipastikan gerakan Tarbiyah pasti akan hancur. Sejarah membuktikan, pemberontakan NII yang dipimpin oleh Danu Muhammad Hasan yang merupakan ayahanda Ketua Dewan Syuro PKS, Hilmi Aminuddin, ternyata gagal total.

Bisa jadi belajar dari kegagalan pemberontakan NII, maka diputuskan untuk merebut kekuasaan dan mendirikan Negara Islam melalui jalur politik dengan mendirikan partai politik. Sedangkan untuk merebut kekuasaan dan mendirikan Negara Islam melalui jalan perang diserahkan kepada ISIS yang saat ini sedang menjadi sorotan dunia.

Maka menjadi hal biasa dan bukan hal yang aneh, jika Presiden PKS Anis Matta dalam pernyataannya terkesan “membela ISIS” dan Osama Bin Laden.

0 komentar:

Posting Komentar

Hubungi Kami

Nama

Email *

Pesan *

Tentang Kami


Hak Cipta Hanyalah Milik Allah Semata. Kaum Muslimin Berhak Memanfaatkan Semua Postingan di Blog Ini untuk Tujuan Kemaslahatan Umat. SHARE YOUR KNOWLEDGE FOR FREE!!